Selasa, 31 Agustus 2010

Dalam Sidak Diskopindagtan ke Swalayan Temukan Daging Bermasalah

AMIR MACHMUD,(GM)-
Sejumlah daging dan ikan bermasalah atau berkualitas buruk ditarik petugas Bidang Pertanian Dinas Koperasi Industri, Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah swalayan di Kota Cimahi, Senin (30/8). Langkah itu dilakukan agar pihak swalayan tidak memajang atau bahkan menjualnya.

Penarikan contoh daging yang ayam yang sudah tidak segar itu di antaranya di swalayan Giant. Di swalayan tersebut, petugas mengamankan 3 kg punggung daging ayam dan ikan. Selain di Giant, temuan daging ayam yang kualitasnya kurang baik juga ditemukan swalayan Samudra.

Petugas dari puskeswan pun menarik daging ayam tersebut setelah dari hasil pengujian, produk tersebut mengeluarkan gas-gas tertentu yang membuat daging ayam tersebut berpotensi membusuk. Dengan begitu, produk tersebut harus cepat ditarik dari peredaran.

Tidak hanya di dua supermarket itu, paru sapi yang sudah menghijau juga ditemukan di Superindo. Di samping itu, banyak pula telur ayam yang kotorannya masih menempel dan harus dipisahkan dengan telur yang bersih karena berisiko flu burung.

Kendati ditemukan daging ayam yang kualitasnya tidak baik, namun petugas memastikan semua produk daging dan ikan di sejumlah swalayan di Cimahi bebas formalin.

"Daging ayam dan ikan yang ditarik untuk dijadikan sampel saja. Meskipun daging dan ikan itu kualitasnya kurang baik, bukan berarti tidak bisa dikonsumsi. Tapi demi kesehatan dan perlindungan kepada konsumen kami imbau agar pihak supermarket tidak menjualnya lagi," kata Kabid Pertanian Diskopindagtan Cimahi, drh. Suyoto.

Ia menyebutkan, faktor yang memengaruhi kualitas daging dan ikan yaitu tempat penyimpanan. Seharusnya daging dan ikan tidak disimpan di atas es batu, karena kualitas daging dan ikan hanya bagus dari permukaannya saja. Sedangkan dalamnya tidak bagus. "Jadi harus disimpan di sealer atau pendingin dengan suhu -10 derajat Celsius. Sebelum dimasukkan di sealer, pihak supermarket pun harus memiliki tempat penyimpanan daging beku di freezer dengan suhu -20 derajat Celsius. Seharusnya swalayan punya dua-duanya freezer dan sealer," ungkapnya.

Izin dicabut

Selain itu untuk menjamin kualitas daging ayam, daging sapi maupun ikan yang baik, Bidang pertanian terus mendorong para penguasaha swalayan untuk memiliki nomor kontrol veteriner (NKV).

"NKV ini dikeluarkan provinssi sejak dua tahun lalu dan untuk Kota Cimahi sendiri harus sudah menerapkan NKV ini di setiap supermarket dan swalayan yang ada. Jadi tahun 2011 setiap supermarket diwajibkan memiliki NKV. Karena pengawasan terhadap daging dan ayam ini harus ketat," kata Suyoto.

Ia menyebutkan dari enam supermarket di Cimahi semuanya belum memiliki NKV. "Jika sampai 2011 belum memiliki NKV maka izin penjualan dagingnya kita cabut," katanya. Sementara itu, Store Manager Yogya Plaza mengatakan, daging yang dipajang untuk dijual sebelumnya melalui penyortiran. "Jadi kami lakukan lagi penyortiran daging sebelun dipajang dan dijual," katanya.

Sedangkan Regional Manager Samudra, Gatmir mengatakan, pihaknya merespons positif saran dari bidang pertanian mengenai display daging untuk menggunakan pendingin. "Daging yang masuk ke tempat pendingin dalam kondisi cukup stabil, jika ditaruh di atas es hanya pelengkap, karena masyarakat biasanya ingin memegang langsung ikan dan daging yang hendak dibelinya," paparnya.

Ia menyebutkan, untuk ikan dan daging biasanya display-nya satu kali 24 jam. "Rata-rata sehari habis. Jadi tidak ada daging atau ikan yang disimpan karena sisa, lalu dipajang lagi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar